Tangis Rasululloh

Setiap orang pasti pernah menangis, baik kaum pria maupun wanita. Akan tetapi tahukah kamu, mengapa dan karena siapa mereka menangis? Rasululloh Shalallaahu alaihi wasalam juga menangis, padahal dunia berada dalam genggamannya jika beliau menghendaki. Dan Surga ada di hadapan beliau, sementara beliau berada di tempat yang paling tinggi di dalamnya. Benar, beliau memang sering menangis, sebagaimana tangisan seorang hamba ahli ibadah. Beliau menangis di dalam shalat tatkala bermunajat kepada Robb Subhannahu wa Ta’ala. Beliau juga menangis ketika mendengarkan tilawah Al-Quran. Tangisan yang bersumber dari kelembutan hati dan ketulusan nurani serta dari ma’rifat keagungan Alloh Subhannahu wa Ta’ala.

(Read More)

Ketika Fajar Menyingsing

Setelah keheningan malam mulai memecah, seiring dengan fajar yang mulai merekah, saat kewajiban shalat shubuh selesai ditunaikan, Rasululloh Shalallaahu alaihi wasalam tetap duduk di tempat selepas shalat shubuh untuk berdzikir menyebut asma Alloh Subhannahu wa Ta’ala sampai terbit matahari. Kemudian beliau mengerjakan shalat dua rakaat. (Read More)

Akhlak dan Budi Pekerti Shalallaahu alaihi wasalam

Perilaku seseorang merupakan barometer akal dan kunci untuk mengenal hati nuraninya. ‘Aisyah Ummul Mukminin putri Ash-Shiddiq radhiyallahu ‘anhuma seorang hamba terbaik yang mengenal akhlak Rasululloh shallallahu ‘alaihi wasallam dan yang dapat menceritakan secara detail keadaan beliau shallallahu ‘alaihi wasallam. ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha adalah orang yang paling dekat dengan beliau baik saat tidur maupun terjaga, pada saat sakit maupun sehat, pada saat marah maupun ridha. (Read More)

Karib Kerabat Rasululloh

Nabiyyul ummah Shalallaahu alaihi wasalam adalah seorang yang sangat setia menjaga hubungan tali silaturrahim. Kesetiaan yang sulit diungkapkan dengan kata-kata. Beliau adalah seorang yang memiliki tanggung jawab yang sangat sempurna dalam hal itu. Sampai-sampai kaum Quraisy memuji beliau dan menggelar beliau dengan sebutan Ash-Shadiq Al-Amiin (yang jujur lagi sangat di percaya) sebelum beliau diangkat menjadi rasul. Istri beliau tercinta, Khadijah radhiyallahu ‘anha melukiskan sifat beliau dengan ucapannya: “Engkau adalah seorang yang suka menyambung tali silaturrahim dan selalu berkata jujur.” (Read More)

Aktifitas Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam di Dalam Rumah

Rumah seseorang ibarat cermin yang menggambarkan keluhuran akhlak, kesempurnaan budi pekerti, keelokan pergaulan dan ketulusan nuraninya. Tidak ada seorang pun yang melihat apa yang diperbuatnya di balik kamar dan dinding. Saat ia bersama hamba sahaya, bersama pembantu atau bersama istrinya. Ia bebas berbuat tanpa ada rasa sungkan dan berpura-pura. Sebab ia adalah raja yang memerintah dan melarang di dalam rumahnya. Semua anggota keluarga yang berada di bawah tanggungannya adalah lemah. Marilah kita lihat bersama aktifitas Rasululloh shallallahu ‘alaihi wasallam di dalam rumah, selaku pemimpin dan panutan umat yang memiliki kedudukan yang mulia dan derajat yang tinggi. Bagaimanakah keadaan beliau di dalam rumah? (Read More)

Kediaman Rasululloh

Izin telah diberikan, tibalah kita di dalam rumah Rasululloh Shalallaahu alaihi wasalam. Cobalah layangkan pandangan sejenak ke sudut-sudut rumah, para sahabat radhiyallaahu anhum akan menggambarkan kepada kita situasi di dalamnya berupa peralatan dan perabotan dll. Kita maklumi bersama bahwa tidaklah diperkenankan melayangkan pandangan ke dalam kamar atau rumah orang lain. Namun tujuan kita di sini adalah untuk mengambil contoh dan teladan dari rumah yang mulia tersebut. Rumah dengan ketawadhu’an sebagai asasnya dan keimanan sebagai modalnya. (Read More)

Tutur Kata Rasululloh

Beliau adalah seorang yang rendah hati lagi lemah lembut, sangat senang jika perkataannya dapat dipahami. Di antara bentuk kepedulian beliau terhadap umat ialah dengan memperhatikan tingkatan-tingkatan intelektualitas dan pemahaman mereka di dalam berkomunikasi. Hal tersebut menunjukkan bahwa beliau adalah seorang yang sangat penyantun lagi sabar.

Dari ‘Aisyah radhiyallahu anha, menuturkan: “Rasululloh Shalallaahu alaihi wasalam tidaklah berbicara seperti yang biasa kamu lakukan (yaitu berbicara dengan nada cepat). Namun beliau Shalallaahu alaihi wasalam berbicara dengan nada perlahan dan dengan perkataan yang jelas dan terang lagi mudah dihafal oleh orang yang mendengarnya.” (HR: Abu Daud)
(Read More)

Meratapi Jenazah Secara Berlebihan

Salah satu kemungkaran besar yang dilakukan oleh sebagian orang adalah meratapi jenazah secara berlebihan. Misalnya dengan menangis sejadi-jadinya, berteriak sekeras kerasnya, meratap mengharu biru kepada mayit, memukuli muka sendiri, mengoyak ngoyak pakaian, menggunduli rambut, menjambak-jambak atau memotongnya. Semua perbuatan tersebut menunjukkan ketidak relaan terhadap takdir, di samping menunjukkan tidak sabar terhadap musibah.

Nabi Shallallahu’alaihi wasallam melaknat orang yang suka melakukan ratapan berlebihan kepada mayit. Abu Umamah Radhiallahu’anhu meriwayatkan, yang artinya: “Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam melaknat wanita yang mencakar mukanya, merobek-robek bajunya, serta yang berteriak dan berkata : ‘celaka dan binasalah aku” (HR: Ibnu Majah: 1/505, Shahihul Jami’: 5068) (Read More)

Konsentrasi Untuk Menghadapi Hari Ini

Diantara sarana yang dapat menangkis kesedihan dan keguncangan hati adalah terputusnya pikiran sepenuhnya untuk memberikan perhatian kepada pekerjaan hari ini yang sedang dihadapinya dan menghentikan pikiran dari menoleh jauh ke waktu mendatang dari kesedihan menengok masa lampau. Karenanya, Rasululloh Shallallahu ‘alaihi wa sallam berlindung kepada Alloh ‘Azza wa Jalla dari al-hamm (kegundahan) dan al-huzn (kesedihan).

Al-huzn adalah kesedihan terhadap perkara-perkara yang telah lampau yang tidak mungkin diputar ulang ataupun di ralat. Sedangkan al-hamm: adalah kegundahan yang terjadi disebabkan oleh rasa takut dan khawatir terhadap sesuatu yang mungkin terjadi di masa mendatang. (Read More)

Memukul Orang dan Menandai Muka Hewan

Sebagian orang tua dan bapak guru terkadang sengaja menghukum anak-anaknya dengan mendaratkan pukulan di wajah. Demikian pula dengan yang dilakukan oleh sebagian majikan kepada pembantunya. Perbuatan tersebut, di samping menghinakan wajah yang dimuliakan oleh Allah juga bisa mengakibatkan hilangnya sebagian fungsi indra terpenting yang kebanyakan berada di wajah. Jika itu yang terjadi maka akan menyebabkan penyesalan bahkan terkadang yang bersangkutan meminta hukum qishash. (Read More)

« Laman Sebelumnya