Nikmat Mampu Berbicara dan Menjelaskan

Sesungguhnya kenikmatan yang Alloh Subhanahu wa Ta’ala berikan kepada hamba-hambanya tak terhitung dan tak terhingga banyaknya. Dan termasuk salah satu nikmat agung yang diberikan oleh Alloh Subhanahu wa Ta’ala kepada kita adalah nikmat mampu berbicara. Dengan kemampuan tersebut seseorang bisa mengutarakan keinginannya, mampu menyampaikan perkataan yang benar dan mampu beramar ma’ruf dan nahi mungkar. (Read More)

Rasululloh Dengan Para Tetangga

Rasululloh shallallahu ‘alaihi wasallam sangat memuliakan para tetangga. Tetangga memiliki kedudukan yang agung dalam kehidupan beliau. Beliau pernah berkata, yang artinya: “Malaikat Jibril alaihissalam senatiasa mewasiatkan agar aku berbuat baik kepada tetangga, sehingga aku mengira ia (Jibril) akan memberikan hak waris (bagi mereka).” (HR: Al-Bukhari dan Muslim) (Read More)

Dzikir Rasulullah

Nabi umat ini sekaligus murabbi (pembimbing) yang handal dan terdepan memiliki komitmen yang sangat besar dalam beribadah. Beliau Shallallaahu alaihi wa Sallam selalu menghubungkan hatinya dengan Alloh ‘Azza wa Jalla. Tidak sedikitpun waktu yang terlewat tanpa dzikrullah, tahmid, syukur, istighfar dan taubat. Padahal telah diampuni dosa-dosa beliau yang lalu maupun yang akan datang. Namun beliau senantiasa menjadi hamba yang bersyukur, nabi yang mensyukuri karunia Alloh ‘Azza wa Jalla dan Rasululloh yang selalu memuji keagungan-Nya. (Read More)

Makanan Rasululloh

Meja makan dan piring silih berganti dipajang di rumah para pembesar kaum dan para penguasa. Lain halnya dengan Nabi umat ini, padahal negara beserta rakyatnya di bawah kekuasaan beliau. Unta yang penuh dengan muatan tiada henti-hentinya datang kepada beliau. Emas dan perak selalu terhampar di hadapan beliau. Tahukah kita makanan dan minuman beliau? Apakah seperti hidangan para raja? Atau lebih mewah dari itu? Ataukah seperti hidangan orang-orang kaya dan bergelimang harta? atau lebih lengkap dan lebih komplit? janganlah terkejut melihat hidangan Rasululloh shallallahu ‘alaihi wasallam yang sederhana lagi memprihatinkan. Anas bin Malik mengungkapkan kepada kita sebagai berikut: “Rasululloh tidak pernah makan siang dan makan malam dengan daging beserta roti kecuali bila menjamu para tamu.” (HR: At-Tirmidzi) (Read More)

Membela Kehormatan Orang Lain

Majlis yang paling mulia adalah majlis dzikir dan ilmu. Sekarang, bagaimana menurutmu bila seorang manusia terpilih dan pembimbing umat maju mengetengahkan pembicaraan dan pengarahan dan bimbingan-nya! Beliau selalu mengoreksi orang yang keliru, meluruskan kesalahan orang yang jahil, memperingatkan orang yang lalai, sama sekali tidak di dapatkan dalam majlis beliau kecuali kebaikan-kebaikan. Hal itu adalah salah satu bukti kesucian majlis dan ketulusan hati beliau.

Beliau selalu menyimak dengan baik dan mendengarkan dengan saksama orang yang berbicara kepada-nya. Akan tetapi beliau tidak mau mendengarkan ghibah (gunjingan) dan tidak rela mendengarkan namimah (hasutan) dan buhtan (tuduhan palsu dan ucapan bohong). Beliau selalu membela kehormatan orang lain. (Read More)

Kasih Sayang Rasulullah

Orang-orang yang keras hati tidak akan mengenal kasih sayang. Tidak ada sedikitpun kelembutan pada diri mereka. Hati mereka keras bagaikan karang. Kaku tabiat, baik ketika memberi maupun menerima. Kurang peka perasaan, lagi tipis peri kemanusiannya. Berbeda halnya dengan orang yang dikaruniai Alloh Ta’ala hati yang lembut, penuh kasih sayang lagi penuh kemurahan. Dialah yang layak disebut pemilik hati yang agung penuh cinta. Hati yang diliputi dengan kasih sayang dan digerakkan oleh perasaan yang halus.

(Read More)

Bingkisan dan Tamu Rasululloh

Sentuhan perasaan dan gejolak emosional adalah sesuatu yang selalu hadir dan dibutuhkan dalam kehidupan seorang insan, baik di tengah masyarakat, keluarga maupun di dalam rumahnya. Bingkisan hadiah adalah salah satu sarana untuk merekatkan hati dan meluluhkan dendam serta amarah. ‘Aisyah Radhiallaahu anhu menuturkan: “Rasululloh Shalallaahu alaihi wasalam biasa menerima bingkisan hadiah dan membalas bingkisan itu.” (HR: Bukhari)

(Read More)

Kehalusan, Kelemah lembutan dan Kesabaran Rasululloh

Merampas dan mengambil hak orang lain dengan paksa merupakan ciri orang-orang zhalim dan jahat. Rasululloh shallallahu ‘alaihi wasallam telah memancangkan pondasi-pondasi keadilan dan pembelaan bagi hak setiap orang agar mendapatkan dan mengambil haknya yang dirampas. Dan Rasululloh shallallahu ‘alaihi wasallam telah menjalankan kaidah tersebut demi kebaikan dan semata-mata untuk jalan kebaikan dengan bimbingan karunia yang telah Alloh curahkan berupa perintah dan larangan. Kita tidak perlu takut adanya kezhaliman, perampasan, pengambilan dan pelanggaran hak di rumah beliau. (Read More)

Pelayan Rasululloh

Seorang pelayan yang miskin papa lagi lemah, namun oleh Rasululloh Shalallaahu alaihi wa salam ditempatkan pada kedudukan yang layak. Beliau mengukurnya dari sisi agama dan ketakwaannya, bukan dari sisi status sosial dan keduduk-annya yang lemah. Rasululloh Shalallaahu alaihi wa salam telah memberikan pengarahan dalam memperlakukan pelayan dan pekerja, beliau bersabda, yang artinya: “Mereka (para pelayan dan pekerja) adalah saudara kamu (seiman). Alloh Ta’ala menempatkan mereka di bawah kekuasaan kamu. Berilah mereka makanan yang biasa kamu makan, berikanlah mereka pakaian yang biasa kamu pakai. Janganlah memberatkan mereka di luar batas kemampuan. Jika kamu memberikan sebuah tugas, bantulah mereka dalam melaksanakannya.” (HR: Muslim) (Read More)

Tawadhu’ Rasululloh

Rasululloh Shalallaahu alaihi wasalam adalah seorang yang sangat elok akhlaknya dan sangat agung wibawanya. Akhlak beliau adalah Al-Qur’an sebagaimana yang dituturkan ‘Aisyah Radhiallahu’anha, ia berkata, yang artinya: “Akhlak Rasululloh Shalallaahu alaihi wasalam adalah Al-Qur’an.” (HR: Muslim). Beliau juga pernah bersabda, yang artinya: “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.” (HR. Ahmad)
Salah satu bentuk ketawadhu’an Rasululloh Shalallaahu alaihi wasalam adalah beliau tidak suka dipuji dan disanjung secara berlebihan. Dari Umar bin Kaththab Radhiallaahu anhu ia berkata: Rasululloh Shalallaahu alaihi wasalam pernah bersabda, yang artinya: “Janganlah kamu sanjung aku (secara berlebihan) sebagaimana kaum Nasrani menyanjung ‘Isa bin Maryam alaihis Salam secara berlebihan. Aku hanyalah seorang hamba Alloh, maka panggillah aku dengan sebutan: hamba Alloh dan Rasul-Nya.” (HR: Abu Daud) (Read More)

Laman Berikutnya »